Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi bank nasional pertama yang secara terbuka dan eksplisit menyatakan akan menghentikan pembiayaan batu bara. Pernyataan itu merupakan sebuah terobosan positif dari institusi perbankan nasional terbesar yang akan berdampak positif terkait komitmen iklim. Pernyataan itu disampaikan Direktur Utama BRI, Sunarso, kepada media saat menjelaskan kehadirannya dalam World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss. Beliau menambahkan bahwa portofolio kredit perseroan ke sektor energi fosil terutama batu bara, saat ini hanya di bawah 3% dari keseluruhan kredit BRI.

Di sisi lain, Bank Nasional Indonesia (BNI) juga akan menerbitkan obligasi hijau (green bonds) yang merupakan pertama kali dilakukan oleh Bank Nasional dalam denominasi rupiah, dengan target sebesar Rp 5 triliun.

Kedua hal tersebut merupakan preseden positif dalam kerangka sustainable financing di Indonesia, akan tetapi hal itu masih belum cukup apabila belum menjadi sebuah kebijakan perseroan yang kedepannya akan menjadi dasar bagi bank dalam menyalurkan kreditnya, terlebih beberapa perbankan nasional besar lainnya di Indonesia seperti, Bank BCA, dan Bank Mandiri, masih belum memiliki komitmen serupa.

Hal itu senada dengan temuan laporan lembaga think tank Asia Research & Engagement (ARE) yang menilai 32 bank di seluruh Asia Timur dan Tenggara (terdapat 4 bank yang berbasis di Indonesia) tidak membuat rencana implementasi yang memadai dalam memenuhi komitmen iklim Kesepakatan Paris. Padahal disaat yang bersamaan bank-bank tersebut dengan cepat meluncurkan produk keuangan hijau tetapi tidak melaksanakan kebijakan yang diperlukan untuk mengalihkan modal dari industri padat karbon seperti batu bara.

Narasumber

Sisilia Nurmala Devi

#BersihkanBankmu

Luthfyana Larasati

Senior Analyst, Climate Policy Initiative

Andri Prasetyo

Peneliti Trend Asia

Moderator

Elok Faiqotul Mutia

Change.org