Jakarta, 7 Mei 2021Maybank baru saja mengumumkan rencananya untuk menghentikan pembiayaan aktivitas batu bara baru. Maybank juga telah berkomitmen untuk mencapai target netral karbon pada tahun 2030 dan nol emisi karbon pada tahun 2050. Hal ini menjadikan Maybank sebagai bank kedua di Malaysia yang tidak lagi membiayai kegiatan batu bara baru, meskipun mereka tidak seambisius CIMB, yang tahun lalu berkomitmen untuk menghapus batu  bara dari portofolionya pada tahun 2040.

Bank Negara Malaysia, yang merupakan bank sentral Malaysia, telah berulang kali menyoroti peran strategis lembaga keuangan dalam mengelola risiko iklim.

“Sebagai bank terbesar ke-4 di Asia Tenggara dalam hal aset, Maybank memiliki peran penting dalam mengatasi krisis iklim. Melalui aktivitas pinjaman dan investasinya, Maybank dapat mengalihkan dananya dari bisnis batu bara yang merusak,” kata Heng Kiah Chun, juru kampanye Greenpeace Malaysia.

Heng menambahkan, “Kami berharap rencana Maybank untuk mencapai nol emisi memasukkan metrik dan target seperti yang direkomendasikan oleh Gugus Tugas Pengungkapan Keuangan terkait Iklim (TCFD) sehingga investor dan pemangku kepentingan lainnya dapat melihat bahwa bank membuat kemajuan yang terukur.”

Pengumuman Maybank ini muncul setelah berlangsungnya kampanye oleh koalisi kelompok lingkungan [1] yang menyerukan Maybank untuk memenuhi komitmen Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (Environmental, Social, Governance atau ESG) dan mengakhiri pembiayaan untuk batu bara. Energi kotor batu bara merupakan satu-satunya sumber peningkatan suhu global yang paling signifikan hingga saat ini. Para ilmuwan mengatakan jika kita ingin memenuhi target Perjanjian Paris 1,5°C, batu bara harus dihentikan secara global pada tahun 2040.

“Komitmen Maybank untuk tidak lagi membiayai aktivitas batu bara baru merupakan langkah awal. Tetapi sebelum kami terlalu bersemangat, kami membutuhkan Maybank untuk memastikan komitmennya terhadap dukungan keuangan perusahaan dan bentuk dukungan lain untuk sektor batu bara, seperti penerbitan obligasi atau sukuk untuk proyek batu bara. Kami juga ingin melihat Maybank menandingi atau mengalahkan kompetitornya CIMB, yang telah berkomitmen untuk menghapus pendanaan batu bara pada tahun 2040,” kata Binbin Mariana, Market Forces Energy Finance Campaigner.

Widya Kartika, peneliti dari Auriga menambahkan, “Ilmu pengetahuan terbaru mengenai sisa anggaran karbon dunia menunjukkan nol emisi sangat diperlukan pada tahun 2040, satu dekade lebih awal dari komitmen Maybank. Kami akan terus mendorong bank untuk menghapus batu bara dari portofolionya pada tahun 2040. Mengingat bahwa pembiayaan batu bara Maybank hanya 0,2% dari total portofolionya, sehingga akan mudah bagi Maybank untuk menghapuskan batu bara pada tahun 2040.”

Antara tahun 2010 dan 2019, Maybank menyediakan investasi sebesar US$1,8 miliar untuk batu bara melalui aktivitas pengaturan pinjaman dan obligasi mereka. Tahun lalu, Maybank terlibat dalam sindikasi bank yang menyediakan dana US$2,6 miliar untuk proyek pembangkit listrik tenaga batu bara Jawa 9 dan 10 di Indonesia.

“Komitmen Maybank untuk menghentikan pembiayaan kegiatan baru batu bara harus segera diwujudkan menjadi tindakan konkret dan segera sehingga tidak hanya menjadi komitmen semu untuk mendapatkan impresi kelembagaan yang baik. Maybank harus segera meninjau ulang keputusan bermasalah mereka baru-baru ini dengan terlibat dalam pendanaan pembangkit listrik tenaga batu bara Jawa 9 dan 10. Maybank masih memiliki momentum untuk mundur dari proyek ini karena pembangunannya belum dimulai akibat tekanan masyarakat yang kuat. Maybank hanya akan mempertaruhkan reputasinya dengan bersikeras mengambil bagian dalam proyek energi kotor yang akan berdampak serius pada kelestarian lingkungan dan kesehatan jutaan orang di Banten, Indonesia,” kata Andri Prasetiyo, peneliti dari Trend Asia.

Maybank juga terlibat dalam pinjaman sindikasi senilai US$400 juta kepada raksasa batu bara Indonesia, Adaro Energy, bulan lalu. Adaro adalah produsen batu bara terbesar kedua di Indonesia. Ia menguasai setidaknya 31.380 hektar lahan, menghasilkan 54 juta ton batu bara pada tahun 2020 saja. Adaro memperkirakan cadangan batu baranya sebesar 1,1 miliar ton. Membakar semua cadangan ini akan melepaskan 2,2 miliar ton CO2-e, hampir setara dengan emisi tahunan India.

Sebagai bagian dari komitmen Maybank, bank tersebut berkomitmen untuk bertransisi bersama dengan para debitur yang ada untuk mencapai bauran energi terbarukan yang berkelanjutan.

“Adaro belum mengungkapkan rencana apa pun untuk memproduksi lebih sedikit batu bara, melainkan berencana memproduksi batu bara pada tahun 2021 seperti yang dilakukan tahun lalu. Sebagai pemberi pinjaman, Maybank harus menyampaikan keprihatinan tentang keterkaitan Adaro dengan batu bara dan mendesak Adaro untuk mengembangkan rencana yang jelas dengan metrik dan target untuk penghentian batu bara pada tahun 2040,” kata Merah Johansyah, Koordinator Jaringan Advokasi Tambang.

***

Catatan:

[1] Organisasi lingkungan yang turut serta dalam aksi ini adalah Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) – Jatam (Jaringan Advokasi Tambang) – Trend Asia – Greenpeace Indonesia – Auriga Nusantara – Market Forces – APMDD (Asian People’s Movement on Debt and Development)

Kontak media:

Binbin Mariana-Market Forces: [email protected]
Andri Prasetiyo-Trend Asia: [email protected] 

Heng Kiah Chun-Greenpeace Malaysia: [email protected]