Persoalan Gas di Indonesia

Rencana Grup Bank Dunia (WBG) untuk mengembangkan infrastruktur gas di Asia memunculkan ancaman besar dalam memenuhi tujuan global Perjanjian Paris guna mencegah dampak paling bencana dari krisis iklim. Hal ini dikarenakan gas fosil terdiri dari hidrokarbon dan metana, gas rumah kaca yang jauh lebih kuat dibandingkan karbon dioksida (CO2). Saat gas fosil diproduksi, diangkut, dan dikonsumsi, metana dalam jumlah besar bocor sebagai emisi gas rumah kaca (GRK). Ini mengganggu upaya untuk mencegah krisis iklim. Pada 2019, gas menyumbang 22% dari semua emisi bahan bakar fosil.

Infrastruktur gas baru Indonesia akan mengunci emisi gas rumah kaca selama beberapa dekade mendatang, melemahkan upaya dekarbonisasi negara. Infrastruktur dan pengolahan gas fosil menggusur penduduk, merusak hutan bakau dan hutan hujan, mencemari laut, pesisir, serta menghancurkan mata pencaharian masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Hal ini juga mengunci Indonesia ke dalam ketergantungan pada industri gas fosil, dan berkontribusi secara signifikan terhadap eskalasi krisis iklim.

Foto: Republika


Persoalan Gas di Indonesia

Download - PDF