Rencana ekspansi infrastruktur gas senilai 379 miliar USD di Asia berisiko menjadi aset terbengkalai ketika dunia hendak berpaling dari bahan bakar fosil. Demikian menurut laporan terbaru dari Global Energy Monitor (GEM). Indonesia menyumbang 32 miliar USD dari risiko aset terlantar ini.
Peningkatan eksploitasi gas di seluruh Asia merusak komitmen negara-negara untuk mencapai emisi nol bersih sebagai bagian dari transisi energi terbarukan pada pertengahan abad ini, dan itu terjadi meski ada peringatan dari Badan Energi Internasional pada Juni 2021, bahwa pencapaian nol bersih secara global bergantung terhadap penghentian semua pengembangan bahan bakar fosil pada masa depan.
Temuan utama dari laporan ini meliputi:
- Infrastruktur gas baru senilai 379 miliar USD di Asia mencakup pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) senilai 189 miliar USD, saluran pipa gas senilai 54 miliar USD, dan terminal impor dan ekspor gas alam cair (LNG) baru senilai 136 miliar USD.
- PLTG yang sedang dibangun di Asia akan menambah 320 gigawatt (GW) dan hampir dua kali lipat kapasitas gas yang ada di kawasan tersebut. Ekspansi ini akan sebesar ukuran seluruh armada bertenaga gas di Eropa dan Rusia, dan akan meningkatkan kapasitas listrik bertenaga gas global sebesar seperlima.
- Negara-negara Asia berencana untuk mengembangkan kapasitas terminal impor LNG baru sebesar 452 juta ton per tahun (mtpa), yang mencakup 70 persen dari kapasitas global tersebut yang sedang dikembangkan.
- Jika selesai dibangun dan dijalankan dengan kapasitas penuh, terminal impor LNG dan saluran pipa gas yang sedang dikembangkan di Asia akan memungkinkan konsumsi gas impor yang cukup untuk menghasilkan 117 gigaton setara karbon dioksida (Gt CO2-eq) selama masa pakainya, atau seperempat dari semua emisi yang dapat dihasilkan dunia untuk mempertahankan peluang yang baik untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius.
Investasi senilai 32 miliar USD yang direncanakan di Indonesia mencakup proyek-proyek seperti: Abadi LNG Terminal, yang merupakan bagian dari usulan proyek senilai 20 miliar USD di ladang gas Abadi yang disponsori oleh INPEX dan Shell untuk mengekspor 9,5 mtpa LNG. Salah satu PLTG terbesar yang sedang dikembangkan di Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Jawa-1, proyek 1.760 megawatt (MW) yang disponsori oleh PT Jawa Satu Power yang saat ini sedang dibangun di Cilamaya.
Indonesia juga membangun momentum untuk menggunakan energi terbarukan, alternatif yang lebih aman untuk gas dari perspektif iklim dan ekonomi. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target energi terbarukan mencapai 23 persen dari bauran energinya pada 2025, naik dari 9 persen pada Juli 2020. Indonesia memiliki armada fasilitas bertenaga panas bumi terbesar kedua di dunia, dan Carbon Tracker menyebutkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya matahari dan angin yang melebihi kebutuhan energinya yakni lebih dari 100 kali lipat.
“Pembangunan gas yang diusulkan di Asia adalah taruhan yang memiliki risiko 379 miliar USD,” kata Robert Rozansky, penulis laporan tersebut. “Jika dibangun, armada infrastruktur gas baru ini dapat mengancam upaya negara-negara Asia untuk mencapai emisi nol bersih pada pertengahan abad ini dan memberikan aset yang tidak dapat bersaing (atau segera tidak dapat bersaing) terhadap energi terbarukan yang lebih murah. Iklim dan ekonomi negara-negara Asia akan sama-sama merugi.”
Baca laporannya di sini [Asia Gas Lock-In].
Tabel ringkasan tambahan dapat diakses di sini.
Kontak media:
Robert Rozansky, [email protected]
Ted Nace, [email protected],
Andri Prasetiyo, [email protected]
###
Global Energy Monitor (GEM) mengembangkan dan membagikan informasi tentang proyek bahan bakar fosil untuk mendukung gerakan energi bersih di seluruh dunia. Proyek saat ini termasuk Pelacak Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara Global, Pelacak Infrastruktur Fosil Global, Pelacak Gas Eropa, buletin CoalWire, dan wiki GEM. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.globalenergymonitor.org
Lampiran: Pembangunan Gas Indonesia
Tabel 1: Infrastruktur Gas yang Sedang Dikembangkan di Indonesia
Pembangkit Listrik Tenaga Gas | Saluran Pipa Gas | Terminal Impor LNG | Terminal Ekspor LNG | |
Sudah Ada | 17 GW | 4.500 km | 16 mtpa | 19 mtpa |
Diusulkan | 9 GW | 2.100 km | 7 mtpa | 11 mtpa |
Sedang Dibangun | 5 GW | 600 km | 3 mtpa | 4 mtpa |
Total
(Sedang Dikembangkan) |
14 GW | 2.700 km | 10 mtpa | 15 mtpa |
Foto: CNBC Indonesia