Co-firing biomassa yang berlangsung sejak tahun 2020 hingga kini semakin berkembang. PLN telah melakukan co-firing biomassa di 32 PLTU hingga Mei 2022, dan akhir tahun ini menargetkan hingga 35 PLTU. Hingga tahun 2025, target tersebut akan terus bertambah menjadi 52 PLTU. Pemerintah mengklaim, co-firing dapat berkontribusi untuk menekan laju konsumsi energi fosil, mengurangi emisi dan memenuhi target 23% bauran energi terbarukan pada 2025.

Sejauh ini, bahan baku biomassa yang digunakan untuk co-firing beragam mulai dari sampah yang dijadikan pellet, sekam padi, cangkang sawit, serbuk kayu, dan pellet kayu (wood pellet). Terkhusus pelet kayu, PLN mengklaim bahwa pelet kayu rendah emisi bahkan tidak menyumbang emisi di PLTU sehingga dapat memperkuat usaha pengurangan dampak perubahan iklim.

Temuan riset terbaru Trend Asia tentang praktik co-firing biomassa pelet kayu di PLTU membantah klaim pemerintah & PLN tersebut terkait penurunan emisi karbon dengan praktik co-firing. Hasil riset menunjukkan, co-firing biomassa pelet kayu justru bukan solusi sesungguhnya untuk percepatan transisi energi.

Foto: Melvinas Priananda/Trend Asia

 


Riset "Membajak Transisi Energi" Seri 1: Adu Klaim Menurunkan Emisi

Download - PDF