Mongabay-Kawasan industri nikel Harita Group di Pulau Obi masih bergantung pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara. Pembangkit masih terus akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan energi kawasan.

Berdasarkan riset Trend Asia bersama Bank Climate Advocates dan Recourse, tidak terlihat ada penurunan penggunaan batubara di kawasan industri Pulau Obi. Sebaliknya, industri nikel ini justru menambah fasilitas dan kapasitas PLTU captive untuk menggerakkan smelter pabrik.

Dalam laporan menyebut, pada pabrik berteknologi HPAL di HPL gunakan pembangkit listrik batubara kapasitas 30 MW untuk memproduksi produk bahan baku baterai. Di pabrik tahap keduanya, akan dibangun tambahan pembangkit listrik berkapasitas 60 MW dengan perkiraan selesai awal 2023.

MSP dengan pabrik feronikel berteknologi rotary kiln-electric furnace (RKEF) menggunakan pembangkit listrik batubara kapasitas 114 MW. Ia untuk ggerakkan produksi feronikel berkapasitas 25.000 ton per tahun.

Di smelter feronikel tahap pertama HJF–baru resmi beroperasi akhir 2022—pakai PLTU berkapasitas 2×150 MW. Kemudian, smelter tahap keduanya sedang membangun PLTU dengan kapasitas 4×150 MW.

Baca selengkapnya…

Foto: Rifki Anwar untuk Mongabay Indonesia